Sabtu, 10 September 2011

Love Adventure : Rachmatia

Ini dia, cerita cintaku yang paling panjaaannggg banget. Kenapa panjang? Karena masa pacaranku yang paling lama adalah dengan dia. Bayangkan, satu setengah tahun! Otomatis, kenangan yang udah kami buat juga banyak banget.

Pertama kali aku ketemu dengan dia waktu aku baru masuk SMA. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah. Pas udah hampir sampai sekolah, aku seperti melihat seorang bidadari dengan ciri khas berambut dora dan bermata sipit lewat sambil mengendarai sepeda ontel. Terlihat berkilauan ketika sinar matahari mengenai wajahnya yang berkeringatan (rumahnya lumayan jauh). Dugg! Jantungku berdetak kencang. Wow, is that real? I can't believe! Kayaknya dia gak sadar telah kuperhatikan dengan tatapan seperti monyet minta kawin.

*Garuk pantat dan kepala (makin mirip monyet).

Walaupun begitu, selama dua tahun setelahnya aku sama sekali gak dekat dengan dia. Masalahnya waktu tingkat satu kami gak sekelas. Sedangkan ditingkat dua kami emang satu jurusan, tapi entah kenapa aku jarang ketemu dengan dia. Kemudian pada akhirnya jarak memperdekat kami.

In the third year, we are one class. Here story begin.

Dia punya kelebihan cepat akrab dengan orang lain. Dan aku adalah salah satu korbannya. Belum sempat satu bulan kami udah dekat banget. Dekat dalam ukuranku. Kan tahu sendiri aku orangnya gak pedean (kelihatan dari muka). Orang yang benar-benar dekat dengan aku gak banyak. Makanya aku ngerasa kedekatanku dengan dia spesial.

Selain gak pedean, aku juga punya sifat buruk yang lain yaitu : BEGO (ini juga kelihatan dari muka). Ya, bego. Aku terlambat mendapatkan dia. Keduluan sama orang lain.

Aku tahu dia sudah pacaran adalah setelah aku nembak dia. Sebelumnya tentu saja aku tanya dulu statusnya, dan dia jawab masih lajang. Langsung aja aku mengumpulkan keberanian mengeluarkan kata-kata maut dari mulutku. Pasti klepek-klepek deh!

Dia terdiam beberapa saat. Terus dia bilang, "Maaf ya, aku sudah punya pacar."

JEGER! Petir menyambar. Hujan deras turun. Aku langsung lari menembus hujan sambil berteriak, "TIDAAAAKKKK!!!" Tanpa sadar aku kentut tiga kali (sinetron scene mode : on). Gak mungkin aku kayak gitu.

Karena kesal, selama beberapa hari kedepan aku terus memaksa dia untuk memutuskan pacarnya (jahat banget ya?). Soalnya sudah terlanjur suka, tanggung banget kalau sampai gak jadi. Dia buat aku jadi kayak orang gila dikelas. Tiap hari pengen dekat dia, tapi gak bisa dekat-dekat juga karena tertempel 'sudah ada yang punya' dijidatnya. Bikin geregetan aja.

Tapi akhirnya, beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 20 Pebruari 2010 aku resmi jadian sama dia. Tentu saja dia sudah putus sama pacarnya yang kemarin. Dan aku sudah bebas merajalela mendekati dia dikelas. Bahkan aku sampai rela pindah bangku kesampingnya (gila, gentle banget ya!). Dan dijidatnya tertempel 'sekarang sudah milik Rizky Ardian Hartanto Sawal yang gak ganteng juga gak jelek'. Aku senang banget!

Setelah status pacaran kami tersebar luas (serasa artis), barulah dia menunjukkan gejala-gejala salting didepan teman-temanku. Dan dampaknya adalah dia menjadi pasif. Gila, dia berubah 180 derajat mas broo! Dari yang tadinya akrab menjadi seperti menjauhi aku. Tapi dengan perjuangan susah payah, akhirnya aku bisa mengembalikan sifatnya menjadi seperti sedia kala. Susah banget tahu!

Setelah lulus SMA, kami harus pacaran jarak jauh karena aku kuliah di Solo dan dia bekerja di Jakarta. Tapi sebelum pisah, kami sudah bikin komitmen buat saling menjaga kepercayaan satu sama lain. Jarak tuh lemah, gak ada apa-apanya dibanding cinta kami berdua (ciyyyeee). Cinta kami terus bertahan.

Sampai akhir bulan juli kemarin.

Dia ulang tahun tanggal 16 juli. Dan walaupun kami gak bisa merayakannya karena dia masih di Jakarta, kami masih dapat bergembira bersama via telepon. Cukup itu aja untuk membuat bahagia. Sampai disini kami gak ada masalah sama sekali.

Tapi entah kenapa beberapa hari kemudian aku gelisah. Galau seharian. Aku ngerasa kayak ada yang salah antara aku dan dia. Aku sangat mencintainya, tapi aku ngerasa dia bukan untukku. Aku gak tahu darimana datangnya perasaan ini. Hasilnya, selama beberapa hari ke depan aku gak bisa tidur. Paling ya kalau aku ngantuk, baru aku tidur (sama aja bego!). Tapi serius, menyesakkan dada.

Aku gak mau mengulur-ngulur waktu. Aku takut gak bisa merelakannya.Akhirnya aku mengumpulkan keberanian. Keberanian yang jauh lebih besar dari waktu aku menyatakan cintaku. Dan hal ini tidak akan pernah mudah bagiku.

Aku memutuskan dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar